Selasa, 26 Februari 2013

Asal Usul Rawa Jombor Klaten

Asal-Usul Rawa Jombor

Rawa Jombor merupakan sebuah rawa yang terletak di tengah Desa Krakitan. Rawa ini dikelilingi oleeh bukit-bukit yang sebagian besar merupakan pegunaungan kapur. Rawa Jombor beerjarak kurang lebih 8 km dari kota Klaten. Rawa ini memiliki luas 198 ha dengan kedalaman meencapai 4,5 m dan meemiliki daya tampung air 4 juta m3. Tanggul yang mengelilingi rawa ini sepanjang 7,5 km dengan lebar tanggul 12 m.
 Daerah Rawa Jombor dahulu sebenarnya merupakan dataran rendah yang berbeentuk cekungan luas dan dikelilingi oleh barisan pegunungan. Hal ini menyebabkan dataran rendah tersebut sering tergeenang aiir, baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Daerah tersebut dinamakan Rawa Jombor karena daerah tersebut sering tergenang air sehingga disebut rawa dan terletah di Desa Jombor yang kini berubah menjadi Desa Krakitan. Genangan air ini akan semakin tinggi saat musim hujan karena dari sebelah barat laut terdapat sungai yang bernama Kali Ujung dan kali Dengkeng. Kedua sungsi tersebut selalu meluap saat musim hujan dan selalu mengarah ke Rawa Jombor. Luapan air ini membuat Rowo Jombor semakin meluas dan menggenangi rumah warga serta sawah yang berada disekelilingnya sehingga banyak warga yang terpaksa dipindahkan ke tempat yang lebih aman di tepi rawa atau tegalan disekitarnya.
Pada tahun 1901, Sinuwun Paku Buwono ke-X bersama dengan pemerintah belanda mendirikan pabrik gula Manisharjo  di daerah Pedan, Klaten. Dibukanya pabrik gula ini membuat seluruh lahan pertanian di daerah Pedan tersebut ditanami dengan tanaman tebu. Luasnya lahan yang digunakan untuk perkebunan tebu tersebut meningkatkan jumlah kebutuhan air untuk irigasi. Sehingga Sinuwun Paku Buwono ke-X dan Pemerintah Belanda yang mengetahui keberadaan Rawa Jombor dengan jumlah air yang melimpah berencana untuk membuat saluran irigasi dari Rawa Jombor menuju areal perkebunan tebu tersebut. Pembangunan saluran irigasi tersebut dimulai pada tahun 1917 dengan cara membuat terowongan sepanjang 1 km menerobos pegunungan yang mengelilingi rawa serta talang air diatas kali Dengkeng. Pekerjaan ini akhirnya selesai pada tahun 1921 dan setiap tahun Sinuwun Paku Buwono ke-X selalu mengunjungi Rawa Jombor walaupun hanya untuk sekedar naik perahu atau melihat pemandangan.
Pada saat penjajahan Jepang, pabrik gula Manisharjo yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah Belanda menjadi bangkrut. Pada tahun 1943-1944, oleh pemerintah Jepang, Rawa Jombor kemudian dijadikan waduk dengan dibangunnya tanggul disekeliling rawa dengan memanfaatkan tenaga kerja paksa (romusha). Sebelum dibangun tanggul, luas rawa jombor sekitar 500 hektar sementara setelah dibangun tanggul dengan lebar 5 m maka luasnya menjadi 180 hektar.
        Setelah penjajahan Jepang berakhir Rawa Jombor tetap dimanfaatkan sebagai waduk untuk menampung air irigasi bahkan pada tahun 1956, pemerintah kota Klaten menetapkan Rawa Jombor sebagai tujuan wisata dengan melakukan pembangunan tempat peristirahatan untuk pengunjung. Pada tahun 1967-1968, setelah adanya pemerintahan Orde Baru, pemerintah kota Klaten memanfaatkan para tahanan politik (tapol) untuk melakukan perbaikan Rawa Jombor. Perbaikan tersebut dilakukan dengan memperlebar tanggul yang awalnya hanya 5 meter menjadi 12 meter. Pekerjaan tersebut selesai dalam 7 bulan dengan menyerap tenaga kerja tapol sebanyak 1700 orang.














Sumber: http://desawisatakrakitan.blogspot.com 

Kamis, 21 Februari 2013

Asal Usul Kota Klaten

                                                                          KLATEN

Sebuah Kota yang berada diantara Surakarta dan D.I.Yogyakarta.  Dalam artikel ini, saya akan menuliskan tentang asal usul Kota Klaten. Mengapa demikian?? Karena saya ingin sekali berbagi kepada semuanya tentang asal muasal Kota Klaten yang mana juga merupakan tempat dimana saya di lahirkan dan dibesarkan.

Asal mula  Kota Klaten hanya bisa dirujuk dari cerita rakyat yang diwariskan orang tua jaman dahulu secara turun temurun atau dari mulut ke mulut. Konon Kota Klaten berasal dari kata Melati. Sebagaimana kebiasaan orang orang jaman dahulu, untuk mengucapkan kata tertentu sering kali mengalami kesulitan dalam pengucapannya. Mereka sering mengubah kata dengan maksud untuk memudahkan pengucapan. Begitu juga yang terjadi pada kata Melati yang beberapa kali mengalami perubahan pengucapan yaitu Melati jadi Mlati, kemudian berubah lagi dari Mlati jadi Lati. Dalam perkembangannya orang lebih senang menyebut Klati. Nah kata Klati inilah yang memudahkan pengucapan dan akhirnya diubah menjadi Klaten.

Pada jaman dahulu, Kota Klaten masih hutan belantara. Konon orang yang pertama yang mendiami hutan itu adalah seorang kyai yang bernama Kyai Melati Sekolekan. Keberadaan Kyai Melati Sekolekan di kawasan itu diikuti oleh para pendatang untuk menetap di sekitar tempat tinggal sang Kyai. Pendatang itu sangat menghormati Kyai Melati Sekolekan sebagai sesepuh desa. Kyai Melati Sekolekan juga terkenal sebagai orang yang berbudi luhur, suka menolong dan mempunyai ilmu sakti.

Konon Kyai Melati Sekolekan merupakan murid dari Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang terkenal di Pulau Jawa dengan sebutan Wali Songo. Walisongo bertugas untuk menyebarkan Agama Islam. Sunan Kalijaga berasal dari Kerajaan Demak. Sepanjang hidup Sunan Kalijaga digunakan untuk beribadah dan menyebarkan Agama Islam. Sunan Kalijaga senang melakukan perjalanan panjang menjelajahi desa, turun gunung, dan menerobos hutan belantara yang wingit/bahaya untuk berdakwah mengajak kebaikan kepada umat manusia.

Dalam perjalanan dahwahnya Sunan Kalijaga sering menjumpai orang orang yang berniat jahat hendak mencelakakan dan menantang adu sakti kepada dirinya, namun beliau tetap arif dan mampu menyadarkan orang orang tersebut untuk kembali ke jalan yang benar. Bahkan banyak dari mereka yang dulu jahat lalu memasrahkan jiwa raganya minta dijadikan murid Sunan Kalijaga. Salah satu murid itu adalah Sunan Geseng.

 Sunan Kalijaga sering terjun langsung untuk menyaksikan sendiri kinerja para pejabat bawahan yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. Dikisahkan ada salah satu pejabat bawahan yang bernama Ki Ageng Pandanaran menyalahgunakan kekuasaanya. Sunan Kalijaga pada kala itu memanggilnya untuk memberi peringatan. Ki Ageng Pandanaran tidak di sukai para warga karena kikir dan gila harta. Berkat peringatan yang diberikan oleh Sunan Kalijaga dengan menyamar sebagai tukang rumput, akhirnya Ki Ageng Pandanaran sadar dan mengajak istrinya untuk meninggalkan semua harta dan kekuasaannya untuk mengikuti ajaran islam. Ki Ageng Pandanaran pun menjadi murid Sunan Kalijaga. Kisah Ki Ageng Pandanaran ini melegenda dengan cerita terjadinya Salatiga. Kelak Ki Ageng Pandanaran diangkat menjadi wali terakhir menggantikan Syek Siti Jenar dengan gelan Sunan Tembayat dan kedudukannya di Gunung Jabatkat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.


Pada kisah lain, Sunan Kalijaga pernah juga memberi petunjuk kepada Raden Majastan. Majastan adalah seorang pangeran dari kerajaan Majapahit. Raden Majastan beserta para pangeran yang lain melarikan diri dari Majapahit akibat perang saudara yang berlarut larut di negerinya. Konon Raden Majastan penah beradu ilmu dengan Sunan Kalijaga. Berkat petunjuk Sunan Kalijaga yang telah berhasil mengalahkan ilmu dan kesaktian Raden Majastan bersedia mengikuti petunjuk Sunan Kalijaga untuk bermukim di bukityang berada di perbatasan Klaten dan Sukoharjo. Kelak bukit itu dikenal dengan sebutan bukit Majasto dan Raden Majastan disebut dengan Ki Ageng Majasto.

Kisah awal mula Kyai Melati Sekolekan menjadi murid Sunan Kalijaga, diawali dari awal pertemuan keduanya dalam pengembaraan. Sebagaimana adat kebiasaan orang jawa zaman dahulu seorang akan mengakui kelebihan orang lain dengan cara adu ilmu dan kesaktian. Konon Kyai Melati Sekolekan pernah beradu ilmu dengan Sunan Kalijaga. Berawal dari itu Kyai Melati Sekolekan merasa ilmu dan kesaktiannya masih sangat dangkal dihadapan Sunan Kalijaga. Dan akhirnya Kyai Melati Sekolekan bersedia untuk memeluk Agama Islam dan turut menyebarkan Agama Islam diwilayah Kota Klaten sekarang.

Berbekal ilmu agama serta kesaktian dari hasil berguru dari Sunan Kalijaga, maka di pedukuhan Kyai Melati Sekolekan aman dan tentram. Tidak ada gerombolan penjahat yang berani menjarah atau berbuat onar di pedukuhan itu. Maka dalam waktu singkat pedukuhan Kyai Melati Sekolekan cepat berkembang menjadi pedukuhan yang ramai. Kyai Melati Sekolekan pantas menjadi sosok panutan,pengayom dan sesepuh bagi warganya.

Bagi warga, Kyai Melati Sekolekan adalah sosok yang dicinyai rakyat ,sampai akhir hayat beliau untuk mengabdi di desanya. Warga sangat kehilangan sosok yang didambakannya. Dengan iringan doa mereka mengantar kepergiannya. Untuk mengenang dan menghormati jasa jasa beliau, warga desa sepakat untuk memakamkan di dekat tempat tinggalnya. Dan selanjutnya warga menamakan desa mereka dengan nama Klaten. Sebagaimana pada awalnya bahwa kata Klaten berasal dari kata Melati, yaitu diambil dari nama Kyai Melati. Dari tahun ke tahun desa Klaten semakin ramai, daerah wilayahnya semakin luas dan penduduknya padat. Jadi yang semula Klaten berupa kawasan hutan belantara sekarang menjelma menjadi kota besar yaitu Kota Klaten.

Keberhasilan Kota Klaten menyebabkan munculnya dukuh dukuh baru di sekitarnya. Dukuh dukuh itu antara lain Dukuh Janggrangan. Dukuh Janggrangan semula hanya kawasan yang berupa segerombolan pohon pohon besar. Dukuh lainnya adalah dukuh Dayekan. Dukuh Dayekan ini pada zaman dahulu didirikan oleh para Kyai. Dukuh dukuh tersebut sekarang terletak di Desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Desa kecil tempat peristirahatan terakhir Kyai Melati Sekolekan yaitu Makam Kyai Melati Sekolekan. Makam itu sampai sekarang masih dihormati dan dirawat oleh penduduk Klaten dan sekitarnya. Makam itu mengingatkan kembali pada jasa jasa beliau sebagai orang yang pertama kali tinggal di Desa Klaten dan mengembangkan desa tersebut menjadi kota yang besar yaitu Kota Klaten.
Makam itu berada di Desa Sekolekan. Nama Desa Sekolekan oleh penduduk diambil dari nama belakang Kyai Melati Sekolekan. Sampai saat ini Desa Sekolekan masih ada.

 

                                                   Makam Kyai Melati Sekolekan 
 
 


  
  Sumber: https:/www.google.co.id


Jumat, 08 Februari 2013

Belajar Bagaimana Cara Membuat Blog

Belajar Bagaimana Cara Membuat Blog
 Sekarang ini saya telah berhasil membuat blog dengan benar. Mula mula saya searching                
" Bagaimana Cara Membuat Blog Secara Gratis" di Google. Akhirnya saya menemukan salah satu link tersebut di google. Kemudian link tersebut saya buka dan ternyata ada bagaimana cara membuat blog yang benar. Nah, selanjutnya saya mempelajarinya dengan teliti per kalimatnya. Saya mulai penasaran, kemudian langsung saja saya praktikan cara tersebut. Inilah langkah langkahnya:

1. Kita diharuskan membuat e-mail dengan layanan Gmail dari google.
2. Langkah selanjutnya isi pada form yang telah disediakan, jangan lupa untuk klik paling bawah     yang bertuliskan "Saya menyetujui persyaratan  layanan dan kebijaka privacy google"  kemudian ikuti langkah berikutnya.
3. Selanjutnya , klik kirim kode verifikasi.                        
4. Sekarang coba di cek, jika belum ada kode verifikasi dari google, coba lagi beberapa saat kemudian, gambar di bawah ini menggunakan modem jadi kode verifikasi sudah langsung terlihat di laptop.
5. Masukkan kode verifikasi.
6. Selamat datang di akun Gmail anda, lalu klik lanjut ke Gmail.
7. Sampai disini proses pembuatan Gmail. Lanjut dengan pembuatan blog. Buka browser dan ketikan blogger.com. Kemudian isi e-mail dan kata sandi sesuai akun di Gmail tadi. Kemudian klik Masuk.
8. Lalu pilih opsi blogger. jika hanya membuat blogger, sebaiknya klik yang sebelah kanan. Kemudian lanjutkan ke blogger.
9. Sekarang akun blog sudah jadi. Selanjutnya buat nama blog yang diinginkan. Isikan Judul blog, Alamat blog dan Desain blog yang sesuai keinginan. Kemudian klik create blog.
10. Nah sekarang blog sudah jadi. Jika ingin membuat sebuah artikel klik start posting. Mungkin itu saja yang bisa saya tuliskan. Untuk langkah selanjutnya bisa dilihat di Google.com 
   
http://www.google.co.id