Kamis, 21 Februari 2013

Asal Usul Kota Klaten

                                                                          KLATEN

Sebuah Kota yang berada diantara Surakarta dan D.I.Yogyakarta.  Dalam artikel ini, saya akan menuliskan tentang asal usul Kota Klaten. Mengapa demikian?? Karena saya ingin sekali berbagi kepada semuanya tentang asal muasal Kota Klaten yang mana juga merupakan tempat dimana saya di lahirkan dan dibesarkan.

Asal mula  Kota Klaten hanya bisa dirujuk dari cerita rakyat yang diwariskan orang tua jaman dahulu secara turun temurun atau dari mulut ke mulut. Konon Kota Klaten berasal dari kata Melati. Sebagaimana kebiasaan orang orang jaman dahulu, untuk mengucapkan kata tertentu sering kali mengalami kesulitan dalam pengucapannya. Mereka sering mengubah kata dengan maksud untuk memudahkan pengucapan. Begitu juga yang terjadi pada kata Melati yang beberapa kali mengalami perubahan pengucapan yaitu Melati jadi Mlati, kemudian berubah lagi dari Mlati jadi Lati. Dalam perkembangannya orang lebih senang menyebut Klati. Nah kata Klati inilah yang memudahkan pengucapan dan akhirnya diubah menjadi Klaten.

Pada jaman dahulu, Kota Klaten masih hutan belantara. Konon orang yang pertama yang mendiami hutan itu adalah seorang kyai yang bernama Kyai Melati Sekolekan. Keberadaan Kyai Melati Sekolekan di kawasan itu diikuti oleh para pendatang untuk menetap di sekitar tempat tinggal sang Kyai. Pendatang itu sangat menghormati Kyai Melati Sekolekan sebagai sesepuh desa. Kyai Melati Sekolekan juga terkenal sebagai orang yang berbudi luhur, suka menolong dan mempunyai ilmu sakti.

Konon Kyai Melati Sekolekan merupakan murid dari Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang terkenal di Pulau Jawa dengan sebutan Wali Songo. Walisongo bertugas untuk menyebarkan Agama Islam. Sunan Kalijaga berasal dari Kerajaan Demak. Sepanjang hidup Sunan Kalijaga digunakan untuk beribadah dan menyebarkan Agama Islam. Sunan Kalijaga senang melakukan perjalanan panjang menjelajahi desa, turun gunung, dan menerobos hutan belantara yang wingit/bahaya untuk berdakwah mengajak kebaikan kepada umat manusia.

Dalam perjalanan dahwahnya Sunan Kalijaga sering menjumpai orang orang yang berniat jahat hendak mencelakakan dan menantang adu sakti kepada dirinya, namun beliau tetap arif dan mampu menyadarkan orang orang tersebut untuk kembali ke jalan yang benar. Bahkan banyak dari mereka yang dulu jahat lalu memasrahkan jiwa raganya minta dijadikan murid Sunan Kalijaga. Salah satu murid itu adalah Sunan Geseng.

 Sunan Kalijaga sering terjun langsung untuk menyaksikan sendiri kinerja para pejabat bawahan yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. Dikisahkan ada salah satu pejabat bawahan yang bernama Ki Ageng Pandanaran menyalahgunakan kekuasaanya. Sunan Kalijaga pada kala itu memanggilnya untuk memberi peringatan. Ki Ageng Pandanaran tidak di sukai para warga karena kikir dan gila harta. Berkat peringatan yang diberikan oleh Sunan Kalijaga dengan menyamar sebagai tukang rumput, akhirnya Ki Ageng Pandanaran sadar dan mengajak istrinya untuk meninggalkan semua harta dan kekuasaannya untuk mengikuti ajaran islam. Ki Ageng Pandanaran pun menjadi murid Sunan Kalijaga. Kisah Ki Ageng Pandanaran ini melegenda dengan cerita terjadinya Salatiga. Kelak Ki Ageng Pandanaran diangkat menjadi wali terakhir menggantikan Syek Siti Jenar dengan gelan Sunan Tembayat dan kedudukannya di Gunung Jabatkat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.


Pada kisah lain, Sunan Kalijaga pernah juga memberi petunjuk kepada Raden Majastan. Majastan adalah seorang pangeran dari kerajaan Majapahit. Raden Majastan beserta para pangeran yang lain melarikan diri dari Majapahit akibat perang saudara yang berlarut larut di negerinya. Konon Raden Majastan penah beradu ilmu dengan Sunan Kalijaga. Berkat petunjuk Sunan Kalijaga yang telah berhasil mengalahkan ilmu dan kesaktian Raden Majastan bersedia mengikuti petunjuk Sunan Kalijaga untuk bermukim di bukityang berada di perbatasan Klaten dan Sukoharjo. Kelak bukit itu dikenal dengan sebutan bukit Majasto dan Raden Majastan disebut dengan Ki Ageng Majasto.

Kisah awal mula Kyai Melati Sekolekan menjadi murid Sunan Kalijaga, diawali dari awal pertemuan keduanya dalam pengembaraan. Sebagaimana adat kebiasaan orang jawa zaman dahulu seorang akan mengakui kelebihan orang lain dengan cara adu ilmu dan kesaktian. Konon Kyai Melati Sekolekan pernah beradu ilmu dengan Sunan Kalijaga. Berawal dari itu Kyai Melati Sekolekan merasa ilmu dan kesaktiannya masih sangat dangkal dihadapan Sunan Kalijaga. Dan akhirnya Kyai Melati Sekolekan bersedia untuk memeluk Agama Islam dan turut menyebarkan Agama Islam diwilayah Kota Klaten sekarang.

Berbekal ilmu agama serta kesaktian dari hasil berguru dari Sunan Kalijaga, maka di pedukuhan Kyai Melati Sekolekan aman dan tentram. Tidak ada gerombolan penjahat yang berani menjarah atau berbuat onar di pedukuhan itu. Maka dalam waktu singkat pedukuhan Kyai Melati Sekolekan cepat berkembang menjadi pedukuhan yang ramai. Kyai Melati Sekolekan pantas menjadi sosok panutan,pengayom dan sesepuh bagi warganya.

Bagi warga, Kyai Melati Sekolekan adalah sosok yang dicinyai rakyat ,sampai akhir hayat beliau untuk mengabdi di desanya. Warga sangat kehilangan sosok yang didambakannya. Dengan iringan doa mereka mengantar kepergiannya. Untuk mengenang dan menghormati jasa jasa beliau, warga desa sepakat untuk memakamkan di dekat tempat tinggalnya. Dan selanjutnya warga menamakan desa mereka dengan nama Klaten. Sebagaimana pada awalnya bahwa kata Klaten berasal dari kata Melati, yaitu diambil dari nama Kyai Melati. Dari tahun ke tahun desa Klaten semakin ramai, daerah wilayahnya semakin luas dan penduduknya padat. Jadi yang semula Klaten berupa kawasan hutan belantara sekarang menjelma menjadi kota besar yaitu Kota Klaten.

Keberhasilan Kota Klaten menyebabkan munculnya dukuh dukuh baru di sekitarnya. Dukuh dukuh itu antara lain Dukuh Janggrangan. Dukuh Janggrangan semula hanya kawasan yang berupa segerombolan pohon pohon besar. Dukuh lainnya adalah dukuh Dayekan. Dukuh Dayekan ini pada zaman dahulu didirikan oleh para Kyai. Dukuh dukuh tersebut sekarang terletak di Desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Desa kecil tempat peristirahatan terakhir Kyai Melati Sekolekan yaitu Makam Kyai Melati Sekolekan. Makam itu sampai sekarang masih dihormati dan dirawat oleh penduduk Klaten dan sekitarnya. Makam itu mengingatkan kembali pada jasa jasa beliau sebagai orang yang pertama kali tinggal di Desa Klaten dan mengembangkan desa tersebut menjadi kota yang besar yaitu Kota Klaten.
Makam itu berada di Desa Sekolekan. Nama Desa Sekolekan oleh penduduk diambil dari nama belakang Kyai Melati Sekolekan. Sampai saat ini Desa Sekolekan masih ada.

 

                                                   Makam Kyai Melati Sekolekan 
 
 


  
  Sumber: https:/www.google.co.id


1 komentar:

  1. Terima kasih blog anda sangat berharga semoga berkah, amin x3 Ya Robbal Alamin.

    BalasHapus